MAKALAH
TENTANG
PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM
DI
NUSA TENGGARA DAN DI SUMATRA
Disusun oleh :
Ø Ani
Wahidah
Ø Muhammad
Rafiq
Ø Muhammad
Irfan
Ø Muhammad
Mulyana
Ø Aldi
Wahyudin
Ø Riswandi
Ø Usman
Gunawan
SMA Plus
Almansuriyyah Bojonggenteng, Sukabumi, Jawa Barat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat dan hidayahnya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kerajaan Islam di Nusa Tenggara dan Pulau Sumatera
Berdasarkan sumber-sumber yang kami dapat dari luar maupun
dari dalam, walaupun masih banyak kekurangan. Makalah ini dimaksudkan
untuk memberikan informasi mengenai sejarah masuknya islam ke Indonesia, juga
memberikan penjelasan yang jelas mengenai proses masuknya islam ke
Indonesia serta menjelaskan islam pada masa yang akan datang.
Diharapkan bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami
dengan lebih baik tentang Sejarah Masuknya Islam
ke Nusantara. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, disebabkan
karena terbatasnya kemampuan kami, oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami perlukan dari pembaca. Semoga buku ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI :
Kata Pengantar ................................................................................................
Daftar Isi
..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
...........................................................................................
2.
Tujuan
........................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masuk Dan Berkembangnya islam
1.
Perkembangan Islam Di Nusa Tenggara ...............................................
2.
Perkembangan Islam Di Sumatra
.........................................................
B.
Kerajaan-kerajaan islam
1.
Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara
.........................................................
2.
Kerajaan Islam Di Sumatra ...................................................................
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
...........................................................................................
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk
kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi
lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan
antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.
Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah
yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana
menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan
India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di
Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para pedagang asing.
Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M
sering disinggahi para pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan
Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para
pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan
menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama
Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan
kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif
ke seluruh wilayah Indonesia.
2. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan islam di
Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan
sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.
BAB II
Pembahasan
A.
Masuk Dan Berkembangnya Islam
1.
Perkembangan Islam Di Nusa Tenggara
Diperkirakan sejak abad ke-16 Islam hadir di daerah Nusa Tenggara
(Lombok). Islam di lombok diperkenalkan oleh Sunan Perapen (putra Sunan Giri).
Kemungkinan masuknya Islam ke Sumbawa ini dengan melalui Sulawesi, yaitu
melalui dakwah para muSbalig dari Makasar antara tahun 1540-1550. Kemudian
berkembang kerajaan Islam di Lombok, salah satunya adalah Kerajaan Selaparang.
2.
Perkembangan Islam Di Sumatra
Pada pertengahan abad
ke-13, di Sumatera telah berdiri kerajaan Islam Samudera Pasai yang merupakan
kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan ini terletak di pesisir timur
laut aceh yang sekarang merupakan wilayah Kabupaten Lhouksumawe. Samudera Pasai
adalah sebuah kerajaan maritim, samudera pasai telah mengadakan hubungan dengan
Sultan Delhi di India pada pelayaran kerajaan Samudra Pasai merupakan pusat
studi agama Islam dan tempat berkumpulnya para ulama dari berbagai negara Islam
B.
Kerajaan kerajaan islam
1.
Kerajaan Islam Di Nusa Tenggara
a. Kerajaan Selaparang
Kerajaan Selaparang adalah salah
satu kerajaan yang pernah ada di Pulau Lombok. Pusat kerajaan ini pada
masa lampau berada diSelaparang (sering pula diucapkan dengan Seleparang), yang saat ini kurang lebih lebih berada di
desa Selaparang, kecamatan Swela, Lombok Timur.
Minim
sekali yang dapat diketahui tentang sejarah Kerajaan Selaparang, terutama
sekali tentang awal mula berdirinya. Namun, tentu saja terdapat beberapa sumber
objektif yang cukup dapat dipercaya. Salah satunya adalah kisah yang tercatat
di dalam daun Lontar yang menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Selaparang
tidak akan pernah bisa dilepaskan dari sejarah masuknya atau proses penyebaran
agama Islam di Pulau Lombok.
Selaparang
merupakan pusat Kerajaan Islam di Lombok. Selaparang di bawah
Pemerintahan Prabu Rangkesari. Pada masa itu Selaparang mengalami zaman
keemasan, memegang, dan lain-lain. Konon Sunan Perapen meneruskan dakwahnya
dari lombok terus ke Sumbawa. Selaparang juga mengembangkan hubungan antara
Kerajaan Gowa dan Lombok dipererat dengan cara pernikahan seperti Pemban
Selaparang, Pemban Pejanggik, dan Pemban Parwa.
Kerajaan
Selaparang tergolong kerajaan yang tangguh, baik di darat maupun di laut.
Laskar lautnya telah berhasil mengusir Belanda yang hendak memasuki wilayah
tersebut sekitar tahun 1667-1668 Masehi. Namun demikian, Kerajaan
Selaparang harus rnerelakan salah satu wilayahnya dikuasai Belanda, yakni
Pulau Sumbawa, karena lebih dahulu direbut sebelum terjadinya peperangan
laut. Di samping itu, laskar lautnya pernah pula mematahkan serangan yang
dilancarkan oleh Kerajaan Gelgel (Bali). Selaparang pernah dua kali terlibat
dalam pertempuran sengit melawan Kerajaan Gelgel, yakni sekitar tahun 1616 dan
1624 Masehi, akan tetapi kedua-duanya dapat ditumpas habis, dan tentara
Gelgel dapat ditawan dalam jumlah yang cukup besar pula.
Disebutkan
bahwa seorang raja muda bernama Sri Dadelanatha, dilantik dengan gelar Dewa
Meraja di Sumbawa Barat karena saat itu (1630 Masehi) daerah ini juga
masih termasuk ke dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Selaparang. Kemudian
dilanjutkan oleh generasi berikutnya, yaitu sekitar tanggal 30 November
1648 Masehi, putera mahkota Selaparang bernama Pangeran Pemayaman dengan
gelar Pemban Aji Komala, dilantik
di Sumbawa menjadi SulthanSelaparang yang memerintah seluruh
wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.
Setelah
terjadinya Perjanjian Bongayana pada tanggal 18 November 1667,
kerajaan-kerajaan yang ada di Nusa Tenggara mengalami tekanan dari VOC. Dengan
keadaan tersebut, maka pusat Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa pada tahun
1673. Tujuan pemindahan tersebut adalah untuk mempertahankan kedaulatan
kerajaan-kerajaan Islam di pulau tersebut dengan dukungan pengaruh kekuasaan
Gowa. Alasan Kerajaan Lombok dipindahkan ke Sumbawa adalah karena Sumbawa
dipandang lebih strategis dari pada pusat pemerintahan di Selaparang. Disamping
itu juga mengingat adanya ancaman dan serangan dari VOC yang terjadi terus
menerus.
Kesultanan Bima
Bima
merupakan kerajaan Islam yang menonjol di Nusa Tenggara. Rajanya yang pertama
masuk Islam ialah Ruma Ta Ma Bata Wada yang bergelar Sultan Bima I atau Sultan
Abdul Khair(1611-1640).Namun,setelah terus-menerus melakukan perlawanan
terhadap intervensi politik dan monopoli perdagangan VOC.ketika VOC mau
memperbaharui perjanjian dengan Bima pada tahun 1668,Sultan Bima,Tureli
Nggampo,menolaknya.ketika Tambora merampas Kapal VOC pada 1675,raja
Tambora,Kalongkong dan para pembesarnya diharuskan
menyerahkan keris-keris pusakanya kepada Holsteijn.pada tahun
1691,ketika permaisuri Kerajaan Dompu terbu.nuh,Sultan Bima ditangkap dan
diasingkan ke Makassar sampai meninggal dalam Penjara.kerajaan-kerajaan di
Lombok,Sumbawa,Bima,dan lainnya selama abad 18 dan akhir abad itu terus
melakukan pemberontakan dan peperangan karena pihak VOC mencampuri urusan
pemerintahan kerajaan-kerajaan tersebut,bahkan menangkapi dan mengasingkan
raja-raja yang melawan.
Pembicaraan
mengenai sejarah Kesultanan Bima dapat diperkaya oleh gambaran terperinci dalam
Syair Kerajaan Bima yang menurut telaah filologi Henri Chambert-Loir
diperkirakan dikarang sebelum tahun 1833,sebelum Raja Bicara abdul Nabi
meletakan Jabatan dan digantikan oleh Putranya.Syair itu dikarang oleh Khatib
Lukman,barang kali pada tahun 1830.Syair itu ditulis dengan huruf
Jawa dan berbahasa Melayu.Syair itu menceritakan empat peristiwa yang terjadi
di Bima pada awal abad 19, yaitu letusan Gunung Tambora(1815) wafat dan
pemakaman Sultan Abdul Hamid pada mei 1819. serangan bajak laut dan
Pemberontakan Sultan Ismail pada 26 November 1819.
Sampai kini
jejak Islam bisa dilacak dengan meneliti makam seorang mubaligh asal Makassar
yang terletak di kota Bima. Begitu juga dengan makam Sultan Bima yang pertama
kali memeluk Islam. Bisa disebut, seluruh penduduk Bima adalah para Muslim
sejak mula.Selain Sumbawa, Islam juga masuk ke Lombok. Orang-orang Bugis datang
ke Lombok dari Sumbawa dan mengajarkan Islam di sana. Hingga kini, beberapa
kata di suku-suku Lombok banyak kesamaannya dengan bahasa Bugis
2.
Kerajaan Islam Di Sumatra
a.
Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak adalah kerajaan
Islam pertama di Nusantara. Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-3 H (9 M).
Disebutkan pada tahun 173 H, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak
membawa angkatan dakwah di bawah pimpinan nakhoda khalifah. Kerajaan Perlak
didirrikan oleh Sayid Abdul Aziz (Raja Pertama Kerajaan Perlak) dengan gelar
Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah. Pada akhir abad ke 12, di pantai
timur Sumatera terdapat negara Islam bernama Perlak. Nama itu kemudian
dijadikan Peureulak, didirikan oleh para pedagang asingg dari Mesir, Maroko,
Persia, Gujarat, yang menetap di wilayah itu sejak awal abad ke 12. Pendirinya
adalah orang Arab suku Quraisy. Pedagang Arab itu menikah dengan putri pribumi,
keturunan raja Perlak. Dari perkawinan tersebut ia mendapat seorang anak
bernama Sayid Abdul Aziz. Sayid Abdul Aziz adalah sultan pertama negeri Perlak.
Setelah dinobatkan menjadi sultan negeri Perlak, bernama Alaudin Syah. Demikian
ia dikenal sebagai sultan Alaidin Syah dari negeri Perlak.
Angkatan dakwah yang
dipimpin nakhoda khalifah berjumlah 100 orang, yang terdiri dari orang Arab,
Persia, dan India. Mereka ini menyiarkan Islam pada penduduk setempat dan
keluarga istana. Salah seorang dari mereka yaitu Sayid Ali dari suku Quraisy
kawin dengan seorang putri yakni Makhdum Tansyuri, salah seorang adik dari
Maurah Perlak yang bernama Syahir Nuwi. Dari perkawinan ini lahirlah Sayid
Abdul Aziz, putra campuran Arab Perlak pada tahun 225 H.
Kerajaan ini mengalami masa jaya pada masa
pemerintahan Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat
(622-662 H/1225-1263 M).Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami
kemajuan pesat terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah
Islamiah. Sultan mengawinkan dua putrinya: Putri Ganggang Sari (Putri Raihani)
dengan Sultan Malikul Saleh dari Samudra Pasai serta Putri Ratna Kumala dengan
Raja Tumasik (Singapura sekarang).
Perkawinan ini dengan parameswara Iskandar Syah
yang kemudian bergelar Sultan Muhammad Syah.Sultan Makhdum Alaidin Malik
Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat kemudian digantikan oleh Sultan Makhdum
Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 H/1263-1292 M). Inilah
sultan terakhir Perlak. Setelah beliau wafat, Perlak disatukan dengan Kerajaan
Samudra Pasai dengan raja Muhammad Malikul Dhahir yang adalah Putra Sultan
Malikul Saleh dengan Putri Ganggang Sari.
Perlak merupakan kerajaan yang sudah maju. Hal
ini terlihat dari adanya mata uang sendiri. Mata uang Perlak yang ditemukan
terbuat dari emas (dirham), dari perak (kupang), dan dari tembaga atau
kuningan.
b. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudera Pasai terletak
di Aceh dan terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kapan berdirinya
Kesultanan Samudera Pasai belum bisa dipastikan dengan tepat dan masih menjadi
perdebatan para ahli sejarah. Namun, menurut Uka Tjandrasasmita (Ed) dalam buku
Badri Yatim, menyatakan bahwa kemunculannya sebagai kerajaan Islam
diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari
proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang
Muslim sejak abad ke-7 dan seterusnya. Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah,
dikatakan bahwa pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam, yaitu kerajaan
Samudra Pasai. Hal ini dibuktikan dengan adanya batu nisan makam Sultan Malik
Al Saleh (1297 M), Raja pertama Samudra Pasai.
Malik Al-Saleh, raja pertama kerajaan Samudera
Pasai, merupakan pendiri kerajaan tersebut. Dalam Hikayat Raja-raja Pasai
disebutkan nama Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile
atau Merah Selu. Ia masuk Islam setelah mendapat mendapatkan seruan dakwah dari
Syaikh Ismail beserta rombongan yang datang dari Mekkah.
Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di sana
sejak awal abad ke-13 M, didukung oleh berita China dan pendapat Ibn Batutah
yang mengunjungi Samudera Pasai pada pertengahan abad ke 14 M (tahun 746 H/1345
M). Dalam kisah perjalanannya ke Pasai, Ibnu Battutah menggambarkan Sultan
Malikul Zhahir sebagai raja yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan
mempunyai perhatian kepada fakir miskin. Meskipun ia telah menaklukkan
banyak kerajaan, Malikul Zhahir tidak pernah bersikap sombong. Kerendahan
hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battutah.
Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi
agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk
berdiskusi berbagai masalah keagamaan dan keduniaan. Selain itu, Sultan Maliku
Zhahir juga mengutus para ulama untuk berdakwah ke berbagai wilayah Nusantara.
Kehidupan masyarakat Samudera Pasai diwarnai
oleh agama dan kebudayaan Islam. Pemerintahnya
bersifat Theokrasi (berdasarkan ajaran Islam) rakyatnya sebagian
besar memeluk agama Islam. Raja raja Pasai membina persahabatan dengan Campa,
India, Tiongkok, Majapahit dan Malaka.
Selama abad 13 sampai awal abad 16, Samudera
Pasai dikenal sebagai salah satu kota dengan bandar pelabuhan yang sangat
sibuk. Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan internasional dengan
lada sebagai salah satu komoditas ekspor utama. Bukan hanya perdagangan ekspor
impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang maju, Samudera Pasai mengeluarkan
mata uang sebagai alat pembayaran. Salah satunya yang terbuat dari emas dikenal
sebagai uang dirham.
c. Kerajaan Aceh
Kurang
diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud
berpendapat, sebagaimana yang dikutip dalam buku Badri Yatim, bahwa kerajaan
Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh
Muzaffar Syah (1465-1497 M). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam.
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya
mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah.
Ketika Mughayat Syah naik tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat
kekuatan dan mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk
menaklukkan kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan
kecil yang terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di
Aceh Timur), Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera
Utara) sudah berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal
sangat anti pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis,
kerajaan-kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam
wilayah kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama
Aceh Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan
kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Peletak dasar kebesaran Kerajaan Aceh adalah
Sultan Alauddin Riayat Syah. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Aceh
Darussalam semakin meluas sampai di Bengkulu di pantai Barat, seluruh Pantai
Timur Sumatera, dan Tanah Batak di pedalaman. Kegiatan perdagangan berkembang dengan
pesat, terutama dengan Gujarat, Arab, dan Turki.
Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637 M). Pada masa ini merupakan
masa paling gemilang bagi Aceh, di mana kekuasaannya meluas dan terjadi penyebaran
Islam hampir di seluruh Sumatera.
Di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh
Darussalam menjadi salah satu pusat pengembangan Islam di Indonesia. Di Aceh
dibangun masjid Baiturrahman, rumah-rumah ibadah, dan lembaga-lembaga
pengkajian Islam. Di Aceh tinggal ulama-ulama tasawuf yang terkenal, seperti
Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Syaikh Nuruddin Ar-Raniri, dan Abdul Rauf
As-Sinkili.
BAB III
KESIMPULAN
a.
Proses penyebaran islam di nusa
tenggara termasuk Indonesia dilakukandengan cara perdagangan, perkawinan,
pendidikan, dan melalui seni dan budaya.
b.
Maanfaat mempelajari ilmu sejarah islam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses
perkembangan islam.
c.
Adapun hikmah dari mempelajari
sejarah perkembangan islam ini yaitu Islam membawa ajaran yang berisi
kedamaian, selain itu penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang
memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar